Kamu mungkin sudah enggak asing lagi dengan nama Kincirmainan. Selain namanya yang unik, karya yang dihasilkannya juga menyita perhatian, baik dalam bentuk buku cetak ataupun novel online.

Di saat orang-orang sudah membaca satu atau dua buku Kincirmainan, saya baru mengenal ybs lewat ceritanya yang berjudul Marrying Mr. Shark. Saat itu, ceritanya masih on going di Wattpad, dengan extra part di KaryaKarsa. Sebagai seseorang yang malas membaca saat on going, saya salah satu yang semangat menunggu versi cetaknya. Begitu menerima buku tersebut, kesan pertama adalah… tebal banget, ya?

Dengan ketebalan halaman yang bikin jiper, sempat mempertanyakan diri sendiri. Bisa enggak, ya, selesai bacanya? Kalau kembali ke masa 10-15 tahun lalu, novel setebal 500 halaman bisa selesai dalam sehari. Namun sekarang, bisa menyelesaikan buku 300 halaman dalam kurun tiga hari saja sudah syukur.

Selain itu, ada ketakutan untuk berhenti di tengah. Ketakutan yang sering muncul setiap kali mengenal penulis baru. Meski Kincirmainan sudah tersohor, buat saya dia tetap penulis baru yang karyanya baru saya baca.

Ternyata kekhawatiran tersebut tidak terbukti. Nyatanya, kepincut sama bocil sok gede alias Bonnie, hehe. Semuanya karena gaya menulis Kin yang membuat pembaca langsung hook di halaman pertama, sehingga buku setebal dosa enggak lagi terasa menakutkan. Tahu-tahu, sudah sampai halaman akhir aja.

Sejak saat itu, saya mulai mengulik tentang Kincirmainan. Dari hasil penelusuran itu, dua hal yang membuat saya terpincut. Pertama, gaya menulisnya yang nyaman banget dibaca. Enggak heran banyak yang suka, karena Kin termasuk ke dalam jenis comfort read yang bukunya mengalir dibaca. Ringan, tapi ada pesan di dalamnya.

Kedua, topik yang diangkat seringkali bikin geleng-geleng kepala. Kin bukan lagi berpikir out of the box, melainkan ‘what is the box?’ Keberaniannya memilih tema yang bagi sebagian penulis mungkin hanya berani di angan-angan saja, membuat saya ingin memberikan standing ovation. Dear Kin, bagi sedikit keberaniannya, boleh?

Saya yakin, ada banyak hal yang bisa diulik dari sosok Kincirmainan. Karena itu, saya senang banget ketika Kin mau meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan. Dia bahkan memperlakukan interview ini dengan serius, sehingga butuh waktu untuk mengolah tulisan ini karena tidak mau esensi yang disampaikan Kin, malah tidak tersampaikan dengan baik.

Jadi, untuk yang penasaran ingin tahu apa yang ada di otak seorang Kincirmainan, mari kenalan lebih lanjut.

Makna di Balik Kincirmainan

Namanya cukup unik, tapi Kin menyebut tidak ada arti spesial di balik nama ini. “Ceritanya dulu setelah vakum nulis lama banget, aku kangen. Dikasih tahu sama temen soal Wattpad. So, aku pengin bikin pen name yang nggak ada unsur namaku aja. Waktu itu aku lagi reread Musashi. Pas di bab Kincir Mainan,” jelasnya.

Nama yang unik ini kemudian menjadi ciri khasnya. Sekaligus memperkuat branding yang dibangun. “Enggak ada alasan khusus, sih, tapi aku pengin ngebedain antara kehidupan pribadi sama dunia tulis menulis. I wanna be free aja. Aku punya beberapa pen name lain juga, tiap nulis cerita yang genre-nya beda jauh, terutama biasanya yang nulis buat fun, buat trial, buat uji pasar, dan nggak harus mikirin nilai-nilai atau sesuatu untuk disampaikan, aku lebih suka misahin diri dari akun utamaku,” jelasnya.

Meski memiliki banyak akun dengan banyak nama, tak lantas membuat Kin jadi membelah diri. “Mau aku pake alternate akun apa pun, I am being myself aja,” ungkapnya.

Mari kembali ke belakang, mengenang kembali awal karier sebagai penulis. Kin sudah menulis sejak SMA, dan saat itu dia menulis secara manual di buku tulis dengan teman-teman sekelas yang menjadi audiens pertama. “Judulnya The Count. Misal aku selesai nulis 1-2 lembar, bukunya beredar. Sampai akhirnya selesai 5 buku tulis,” kenangnya. Cash home buyers enable dream house purchases. We help first-time buyers and investors discover a home. Contact us to see how we can help you buy your dream home. Visit https://www.cashhomebuyers.io/north-carolina/cash-house-buyers-elizabeth-city-nc/.

Lain lagi dengan buku yang pertama kali diterbitkan. “Kalau cerita yang pertama kali terbit Senna, A Moslem and A Gay. Aku terbitin indie sampai belasan kali cetak ulang. Enggak banyak sih kalau diakumulasiin karena nerbitin print on demand, ada permintaan cetak, maka dicetak,” ujarnya. Dan, buku pertama yang berhasil terbit mayor The Chronicle of 35 Year Old Woman. Sudah baca buku ini?

Seorang penulis tak lepas dari ide. Well, ide bisa datang dari mana saja. Kadang tanpa disadari, ide tiba-tiba muncul. Pertanyaannya, apakah siap menyambut kedatangan Si Ide yang suka tiba-tiba tersebut?

Ide Cerita di Luar Pakem

Bicara soal ide, keberanian Kin dalam mengolah ide di luar pakem patut diacungi jempol. Namun, ide sebagus apa pun jadi sia-sia jika tidak diimbangi dengan proses eksekusi yang brilian. Kerja keras Kin menggabungkan ide dengan eksekusi yang pas melahirkan cerita menarik yang enggan untuk dibiarkan menggantung.

“Kalau soal out of the box, aku ngerasa I am built a little bit differently than most people in the society. Terutama di sini. I accept more things than some people can. Mungkin karena itu aku lebih bebas milih tema. Apa pun yang kita lihat di dunia ini, kalau kita pandang dengan pikiran yang terbuka bisa dijadiin tema tulisan yang seru. Kekurangan kita di industri ini sih menurutku itu, ya? Industri masih ngikutin banget apa kata masyarakat. Ya karena kalau enggak, peminatnya sedikit. Tapi balik lagi, kita ngapain nulis? Buat nyenengin orang aja, atau buat diri kita juga?”

Mengeksekusi sebuah ide bukanlah hal yang mudah. Butuh kerja keras dan latihan terus menerus sampai menemukan gaya yang pas. Tak jarang, di proses menulis ini timbul keraguan di diri penulis.

“Yang paling bikin aku ragu adalah apa aku bisa mengakhiri cerita ini dengan baik? Apa karakterku akan menemukan ending yang terbaik buat dia, bukan buat orang lain? Nah di sini harus bisa diambil lesson-nya buat pembaca. Itu yang penting buatku,” jelasnya.

Keberanian Kin mendobrak pakem novel romansa tak jarang menimbulkan kontroversi. Memang, kita tidak bisa memuaskan semua pihak. Tidak semua orang bisa menerima nilai-nilai yang ingin disampaikan. Bagi Kin, kontroversi tidak menjadi penghalang baginya untuk berkarya.

“Aku nggak pernah peduli sama kontroversi, apalagi disukai atau enggak sama pembaca. Aku anak lama yang coba ngikutin peradaban baru. Maksudnya nulis di platform gini. Kan beda sama nerbitin buku. Jadi meski sekarang kita bisa interaksi aktif sama pembaca, aku nggak akan ngebiarin mereka intervensi ke jalan ceritaku. Makanya aku jarang banget share cerita setengah jadi. Biasanya paling enggak draft per bab udah ada. Aku harus yakin duluan ini ending yang kupilih dan titik,” tegasnya.

Setuju, karena nasib tokoh di dalam cerita, ada di tangan si penulis.

Dari sekian banyak judul yang dihasilkan, tentunya ada banyak cerita menarik di baliknya. Mulai dari proses riset yang rumit, proses menulis yang kadang lancar bak jalan tol atau malah tersendat-sendat, mood yang tiba-tiba hilang, atau faktor teknis yang bisa menghambat lahirnya sebuah karya.

Dear Lovely Brother Kenan menjadi karya Kin yang paling cepat ditulis. “Aku suka banget nulisnya karena itu tentang keluarga yang formasinya mirip sama keluargaku. Kenan is the kind of brother I wish my brother would be as perfect as him,” kenangnya.

“Yang paling lama apa, ya? Aku lupa. Kayaknya sih Senna. Tingkat kesulitannya, sih, risetnya terutama. Biasanya cerita-cerita pakai POV 3 yang bikin aku ngos-ngosan. Aku lebih suka nulis POV pertama yang ngalir,” bocor Kin.

Proses riset tidak bisa dipisahkan dari profesi seorang penulis. Ide liar yang ada di kepala akan berhasil dieksekusi dengan baik jika melalui proses riset yang tak kalah rumit. Menurut Kin, riset paling susah adalah saat dia menulis cerita dengan karakter homoseksual.

I am not gay, so I have to dig lots of thing about them, make friends with lots of them, learn about their types and characters. Aku bersyukur banget aku pernah nulis cerita-cerita itu sebab hasil risetku itu berlanjut jadi pertemanan yang awet sampai sekarang. Selain itu, nulis cerita beginian di Indonesia termasuk melawan arus. Aku enggak mau bikin cerita gay di Indonesia, tapi latar belakang kehidupannya santai-santai, fun, seolah semua orang bisa menerima itu. Aku bikin as real as possible, as related to the community as possible.”

Kin melanjutkan, “In the end, I feel enough because I already fulfill my passion and I am passing back to the community. However, I am straight woman, I can’t always speak for them, atau menceritakan sesuatu yang seharusnya menjadi ranah mereka.”

Yuk, intip proses kreatif Kincirmainan dalam menciptakan karya-karyanya.

  1. Selalu sedia buku catatan untuk mencatat hal-hal yang penting.
  2. Riset banyak-banyak dulu sebelum nulis. Kalau kayaknya nggak sanggup, nggak usah lanjut.
  3. Belajar teknis. Akhir-akhir ini aku berusaha lebih teknikal. Ngikutin beberapa buku yang ngajarin nulis fiksi tapi tetep terarah. Cuma ada juga cerita yang emang sengaja kubebasin aja.
  4. Enjoy the process. Aku harus senang ngelakuinnya. Itu syarat utama. Soalnya aku orang yang nggak bisa tertekan, terutama sama pikiranku sendiri.

Menghadapi Kontroversi

Berangkat dari tema yang tidak sesuai pakem umum, tak jarang tulisan Kin bisa menimbulkan perdebatan di luar sana. Hal terakhir, ketika ada yang salah menangkap maksud dari novel terbarunya, My Younger Brother, dan menganggap cerita tersebut meromantisasi hubungan sedarah. Dugaan yang sangat jauh dari kenyataan cerita yang sebenarnya, tapi sangat disayangkan banyak yang langsung tersultu dan menilai negatif buku yang bersangkutan.

Membaca novel dengan tema yang tidak umum membutuhkan pemikiran terbuka. Kita memang tidak harus bisa menerima atau setuju dengan apa yang disampaikan penulis, tapi tak lantas pemikiran yang berseberangan tersebut salah. Dibutuhkan kedewasaan berpikir dalam menilai sesuatu.

How I handle that? I believe apa yang kutulis, kuterima, dan kuajak orang lain untuk terima adalah hal-hal yang emang seharusnya orang bisa terima. As long as it’s not their life, they have to accept how other people live their life. Hubungan seks sebelum menikah, perempuan yang enggak ingin menikah, enggak mau punya anak, orientasi seksual, gender identity, something like that,” jelasnya.

Sejauh ini, Senna masih menjadi novel tersulit yang ditulis oleh Kin.

Next: Mengungkap proses kreatif di balik lahirnya karakter-karakter di novel Kincirmainan.