I don’t like the damsel in distress. Penggambaran karakter perempuan yang lemah dan membutuhkan bantuan laki-laki sudah sangat ketinggalan zaman. Selain itu, karakterisasi tersebut juga merupakan hinaan terhadap perempuan.

Perempuan hebat dan tangguh enggak mesti berlaga di medan perang atau jadi pemimpin sebuah perusahaan multinasional. Kita yang terlihat biasa-biasa saja pun bisa digambarkan kuat, lho.

Sebenarnya ini adalah preferensi pribasi, karena lebih suka membaca novel dengan karakter perempuan yang strong, mandiri, firm, witty dan juga lovable.

Di novel Just Haven’t Met You Yet dari Sophie Cousen, karakter Laura pernah bertanya ke sahabatnya Vanya. Kurang lebih begini, “gue bisa disebut feminis enggak ya karena gue pengin bisa lakuin apa pun sendiri, tapi gue juga bucin begini.”

Nothing wrong being bucin. Lo bisa jadi bos bertangan besi tapi juga bucin begitu ketemu pasangan. Seringnya, dalam literatur, kita sering menemukan penggambaran karakter perempuan yang enggak sebanding dengan karakter laki-laki checkout https://www.home-investors.net/california/investors-that-buy-houses-pleasanton-ca/.

Ketika hero digambarkan dengan beragam atribut positif, karakter perempuan malah asal bikin aja. This is my turn off point when it comes to reading.

Read More